Jumat, 13 Februari 2009

THE QUEEN OF THREE GAMES


Nama: Maria Kristin Yulianti.

Lahir: Tuban, 25 Juni 1985.
Tinggi, berat badan: 167 cm, 53 kg
Klub: Djarum Kudus.
Pelatnas: 2002.
Pelatih: Ivanna Lie, Hendrawan, Marleve Mainaky.

Tak pernah terbayang jika 16 tahun kemudian Maria naik ke podium olimpiade dan menyaksikan bendera Merah Putih dikibarkan di cabang yang dulu tidak disukainya itu. Dia memang belum seperti Susi yang berdiri di tengah, Maria berdiri di tepi dengan perolehan sebuah perunggu. Namun, hasil itu jauh melampaui perkiraan semua pihak, bahkan dirinya sendiri.



Maria meraih perunggu setelah memenangi 5 dari 6 pertandingan, 4 dari 5 kemenangannya diraih dengan rubber game atas 4 pemain yang memiliki peringkat dunia lebih baik dari dirinya, mereka adalah:
• Juliano Schenk
• Tine Rasmussen
• Saina Nehwal
• Lu Lan

Sedangkan Maria, peringkat ke-21 dunia hanya kalah di semifinal dari Zhang Ning sang juara bertahan, yang kemudian kembali menjadi juara olimpiade untuk yang kedua kalinya.


Semua ini bermula di Tuban, sebuah kabupaten di pantai utara Jawa Timur. Dorongan kuat dari ayahnya, Yuli Purnomo membuat Maria mulai berlatih bulutangkis dalam usia enam tahun. Bulu tangkis adalah olahraga kegemaran sang ayah, yang juga melatih bulutangkis untuk anak-anak. Sebenarnya Maria lebih menyukali voli dari pada bulutangkis.

Maria ditolak masuk klub Djarum Kudus pada usia 10 tahun. la meneruskan latihannya di klub JPNN Jember. Dia mencoba lagi masuk Djarum Kudus dan diterima tahun 1998. Di klub ini, kecintaannya pada bulu tangkis mulai tumbuh.

Untuk pertama kalinya, Maria menjadi wakil negara pada ASEAN school 2002 di Malaysia. Kariernya berlanjut hingga dia dipanggil masuk Pelatnas Cipayung tahun 2002. Belum genap berusia 18 tahun, Maria sudah memperkuat tim Piala Sudirman Indonesia pada tahun 2003. Setelah itu Maria berkutat di turnamen level satellite, dengan gelar internasional pertama direbutnya di Malaysia Satellite 2004.

Kegagalan tim Piala Uber pada kualifikasi Piala Uber 2006, sempat mengancam posisi Maria di pelatnas. PBSI memberi ultimatum kepada para pemain putri untuk tampil lebih baik atau keluar dari pelatnas. Maria menyambut tantangan ini dengan dua gelar juara turnamen satellite di Singapura dan Surabaya.

Posisinya sebagai pemain nomor 1 Nasional tak tergeser meski di turnamen level superseries prestasinya belum beranjak dari 8 besar. Keadaan berubah setelah kejutan tim Piala UberIndonesia pada putaran final di Istora Senayan, Jakarta, Mei 2008. Dengan Maria sebagai tunggal pertama, Indonesia di luar dugaan lolos ke final sebelum menyerah dari juara bertahan, China. Sukses ini membangkitkan kepercayaan diri pada Maria.

Sebulan berselang dia mencatat prestasi terbaik di superseries dengan menjadi runner up Indonesia Open. Dalam perjalanan ke final, Maria mengalahkan pemain kelahiran China yang peringkatnya jauh lebih tinggi darinya, Zhang Ning.

Bermodal inilah Maria menatap Olimpiade 2008 dengan lebih percaya diri. Mengalahkan Schenk pada babak pertama, Maria semakin yakin setelah menang atas Rasmussen di 16 besar. Kejutan terbesar Maria dibuatnya pada perebutan tempat ketiga dengan menundukkan Lu Lan, harapan Cina. Maria pun mengembalikan reputasi tunggal putri Indonesia yang menunggu 12 tahun untuk kembali meraih medali dari olimpiade.

Seperti kacang tak lupa akan kulitnya, Maria mempersembahkan medali perunggu ini bagi Hendrawan, mantan pelatih tunggal putri dan Marleve Mainaky pelatihnya sekarang.

Dengan berjalannya waktu, Maria juga mulai menemukan pola permainannya sendiri. Senjata andalannya, yakni pukulan silang menukik dekat net yang kerap dikeluarkan setelah menguras tenaga lawan dengan bermain reli dan menempatkan bola ke sudut-sudut lapangan.

Uniknya, kemenangan Maria hampir selalu terjadi dalam tiga game, setelah kalah di game pertama. Petugas media Federasi Bulutangkis Dunia (BWF) sampai menjulukinya THE QUEEN OF THREE GAMES.

la juga berharap keberhasilannya memicu pemain putri lain untuk berprestasi. Dia juga ingin tunggal putri di Indonesia tak lagi dipandang sebelah .

Pertandingan yang paling mengesankan baginya adalah Pertandingan di Sudirman Cup 2003, karena pada saat melawan Inggris bisa mengalahkan pemain yang rankingnya jauh diatasnya dan bisa menyumbangkan point buat regu Indonesia.

Sedangkan pertandingan paling mengecewakan adalah pertandingan di Uber Cup 2006, karena selain baru cedera, permainannya kurang bisa maksimal, membuatnya drop dan tidak bisa mengeluarkan kemampuannya dengan maksimal.


Maria tetap tampil menawan, meskipun cedera lutut sering menderanya di tengah pertandingan.

Diawal tahun ini, Maria melewatkan 2 turnamen, karena sedang proses penyembuhan cederanya. Tapi, Maria sudah masuk dalam pemanggilan PBSI tahap satu. Dan ia pun siap untuk bertanding di all england, dan turnamen lainnya, untuk mengukirkan berbagai prestasi di tingkat Internasional.

Catatan prestasi Maria sebagai hasil dari kerja kerasnya selama ini:
  • Medali Perunggu Olimpiade Beijing 2008
  • Juara II Djarum Indonesia Open SS 2008
  • Juara II Uber Cup Jakarta Mei 2008
  • Perempat Finalis Jerman Open Februari 2008
  • Medali Emas Sea Games Perseorangan Desember 2007
  • Medali Emas Sea Games Tim Putri Desember 2007
  • Perempat Finalis Taiwan GP 2007
  • 8 Besar Indonesia Open 2007
  • Juara II Jerman Open 2006
  • Juara I Singapore Satellite 2006
  • Juara I Surabaya Satellite 2006
Maria pun telah menargetkan, agar medali emas olimpiade London 2012 dapat diraihnya.
Wah, Good Luck ya.

"Untuk mencapai keberhasilan, diperlukan kerja keras dan harus punya target."


Maria adalah sosok yang selalu berusaha dan berdoa, bertanggung jawab, dan disiplin.


0 Comments:

Mari Kristin Is The Best

Mari Kristin Is The Best

Tim Uber Indonesia

Tim Uber Indonesia

Maskot Uber

Maskot Uber